Resume: Medium Kultur Jaringan

Image result for medium kultur jaringan
Medium Kultur Jaringan Tumbuhan
Edubio.info

Resume
Medium Kultur Jaringan
By: Sari Rahmah Handayani

Salah satu penentu keberhasilan pelaksanaan kerja Kultur Jaringan Tumbuhan adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada medium. Pemilihan medium tergantung pada jenis tanaman, tujuan, dan perhitungan peneliti. Contoh medium tersebut diantaranya yaitu: MS dan LS untuk kalus & regenerasi (umum), B5 (Gamborg) untuk susp sel leguminosae, Vacin Went dan Knudson C untuk anggrek, Kao dan Michayluk untuk protoplas Cruciferae, Graminae dan Leguminosae. Medium yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium padat, medium semi padat, dan medium cair. Media yang umum digunakan dalam propagasi adalah semi-solid dengan cara menambahkan agar. Media tersebut digunakan karena eksplan yang ekcil mudah terlihat dalam media padat, selama kultur eksplan tetap berada pada oerientasi yang sama, eksplan berada di atas permukaan media sehingga tidak diperlukan teknik aerasi tambahan pada kultur, orientasi pertumbuhan tunas dan akar tetap, dan kalus tidak pecah seperti jika ditempatkan pada media cair. Penambahan agar dalam beberapa kasus dapat juga menghambat pertumbuhan karena agar yang ditambahkan dapat mengandung senyawa penghambat morfogenesis beberapa kultur atau memperlambat pertumbuhan kultur. Selain itu, eksudasi fenolik dari eksplan terserap oleh media yang menempel dengan eksplan sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan eksplan. Oleh karena itu, komposisi agar harus ditambahkan secara tepat pada media (Anitasari dkk., 2018).
Jenis medium dengan komposisi unsur kimia yang berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda pula. Berikut merupakan beberapa macam medium dasar:
1. Medium dasar Murashige dan Skoog (MS) (1962) digunakan untuk hampir semua macam tanaman tertutama hebaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.
2. Medium dasar B5 atau Gamborg (1968) digunakan untuk kultur suspensi sel kedelai, alfafa, dan legume lain.
3. Medium dasar White (1963) digunakan untuk kultur akar dan berisi garam mineral dengan konsentrasi rendah.
4. Medium Vacin Went (VW) (1949) digunakan khusus untuk medium anggrek.
5. Medium dasar Nitsch digunakan untuk kultur tepungsari (pollen) dan kultur sel.
6. Medium dasar Schenk dan Hildebrandt digunakan untuk kultur jaringan tanaman monokotil.
7. Medium dasar Woody Plant Medium (WPM), Lloyd and McCown (1980) digunakan untuk tanaman yang berkayu.
8. Medium dasar N6, Chu (1978) digunakan untuk tanaman serealia terutama padi. (Hendaryono dkk., 1994)
9. Media Kao dan Michayluk (1975) digunakan untuk kultur protoplas Cruciferae, Graminae, dan Leguminosae.
Pada dasarnya tidak ada satu macam medium kultur yang dapat memberikan pertumbuhan optimal untuk semua sel. Penggantian medium atau beberapa komponen sering dilakukan.. Komponen dasar terdiri dari garam organik, zat organik, substansi organik kompleks, bahan pemadat, dan bahan tambahan. Garam-garam organik terdiri dari unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg) dan unsur mikro (Cl, B, Mo, Zn, Cu, Fe, Co). Contoh zat-zat organik yaitu gula, myoinositol, vitamin, as. Amino, dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Substansi organik kompleks diantaranya yaitu: air kelapa, ekstrak buah-buahan, ektrak yeast, pepton, tripton, dan hidrolisat kasein. Bahan pemadat diantaranya agar, gelrite, phytagel, dan sea plaque agarose. Bahan tambahan lain diantaranya seperti arang aktif dan PVP (Anitasari dkk., 2018).
Hormon pertumbuhan yang digunakan untuk perbanyakan secara in vitro adalah golongan auksin, sitokinin, giberelin, dan growth retardant. Auksin yang umum dipakai yaitu IAA, IBA, NAA, dan 2,4-D. Selain itu juga dapat menggunakan CPA (Chlorophenoxy Acetic Acid). Sitokinin yang banyak dipakai adalah kinetin, BAP/BA, 2 I-P, zeatin, thidiazuron dan PBA. Hormon giberelin yang umum digunakan diantaranya GA3, GA4, dan GA7. Growth retardant yang sering diguakan adalah Ancymidol, Paraclobutrazol, TIBA, AbA, dan CCC. Proliferasi tunas aksiler pada beberapa spesies tanaman dapat dipacu dengan auksin bersama sitokinin. Induksi kalus pada beberapa monokotil dapat dipacu pada medium yang ditambah auksin dengan konsentrasi tinggi tanpa sitokinin. Morfogenesis in vitro pada monokotil dipacu pada medium dengan auksin konsentrasi rendah atau tanpa auksin. Hormon giberelin misalnya GA3 bersifat tidak tahan panas. Fungsi dari giberelin yaitu untuk pertumbuhan batang, pembesaran dan pembelahan sel, dan pembentukan bunga. Hormon asam absisat (ABA) dapat larut dalam NaHCO3 cair, kloroform, aceton, dan eter. Fungsi ABA pada kultur in vitro yaitu menginduksi embriogenesis mikrospora, namun hormon ini juga dapat menghambat proses perkecambahan yang terlalu dini pada embrio somatik. Hormon etilen jarang dipakai pada kultur jaringan tumbuhan karena dapat merusak sitokinin, gas etilen dapat menstimulasi perakaran in vitro (Anitasari dkk., 2018).
Medium kultur dibuat dengan cara menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada resep medium dasar. Langkah tersebut kurang praktis karena emakan banyak waktu dan mengurangi ketepatan. Timbangan yang digunakan untuk menimbang juga terbatas. Kendala tersebut dapat diatasi dengan membuat larutan stok. Larutan stok penting untuk dibuat karena lebih praktis dan efisien. Larutan stok terdiri dari iron, mikronutrien, vitamin, dan ZPT. Pada makronutrien biasanya langsung ditimbang satu persatu atau dibuat stok tunggal. Pada unsur makro, sukrosa, dan agar-agar dapat langsung ditimbang karena ketiga komponen tersebut diperlukan dalam jumlah banyak sehingga proses penimbangan tidak terkendala. Larutan stok dapat digunakan untuk 40‒100L medium. Larutan stok dalam bentuk cairan disimpan di dalam lemari es. Larutan stok yang terlalu pekat akan mengalami pengendapat di dalam lemari es. Jika terjadi pengendapan, maka sebelum laritan stok digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu. Larutan stok yang sudah terkontaminasi tidak boleh digunakan. Oleh karena itu, kebersihan harus selalu dijaga dalam pembuatan larutan stok (Hendaryono dkk., 1994).

Sumber:
Anitasari, S. D., D. N. R. Sari, I. A. Astarani, dan M. R. Defiani. 2018. Dasar Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Deepublish Publisher. Yogyakarta, Hal.45-47.
Elisa UGM. 2019. Medium Kultur Jaringan Tumbuhan. https://elisa.ugm.ac.id/. Diakses pada tanggal 27/8/2019.
Hendaryono, D. P. S. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Kanisius. Yogyakarta, Hal.69-71.

Comments

Popular posts from this blog

Tembang Macapat (ciri-ciri macapat, urutan (jenis) macapat, manfaat macapat, paugeran macapat)

50 SOAL MANAJEMEN PILIHAN GANDA DAN JAWABAN

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUKTIAN ADANYA SENYAWA KARBON (C) DALAM SENYAWA ORGANIK